Jumat, 08 Juni 2012

Aku Tembok yang berkeluh kesah


Jder!! Brug!!

Hei! Apa yang kau lakukan? Lagi-lagi, tinjumu menghantamku. Kamu kesal sama siapa sih?
Lihat sekarang! Mulutmu menceracau, memaki diri sendiri. Kau berbaring tak berniat untuk tidur, padahal matamu sembab setelah cukup lama menangis. Eh, tapi aku senang juga, akhirnya kau bisa menangis, setelah sekian lama menahannya. Sudah lama sekali aku tak melihatmu menangis. Atau jangan-jangan selama ini kamu menangis di belakangku?

Ada apa gadis? Adakah sesuatu yang melukai hatimu teramat sangat? Rasanya baru kemarin kau bilang bahwa kau tidak akan pernah menyerah. Bahwa kau tidak akan kalah, dan tidak akan mengalah. Rasanya baru kemarin kau bilang bahwa kau gadis yang tabah. Dan aku mempercayaimu gadis…

Kalau aku boleh mengeluh, rasanya aku rindu pada gadis manis yang menghuni kotak putihku. Gadis cerdas yang kreatif, yang selalu berhasil mengembalikan senyumnya, semuram apa pun dia sebelumnya. Ke mana dia sekarang? Mengapa tubuhnya sekarang dihuni gadis murung yang matanya selalu sendu?

Ah, andai saja aku bisa menghiburmu, memberimu sedikit tausiyah yang mungkin bisa melembutkan hatimu, memompa kembali semangatmu. Tetapi yang kulakukan hanya diam membisu, dan pasrah membiarkanmu menatap diri sendiri dengan muram.

Dalam anganku, aku mengulurkan tangan padamu, menyapamu, dan membelai kepalamu dengan lembut, menjadi ibumu. Mengusap air matamu yang masih tumpah ruah, memelukmu, memberimu kehangatan.
Aku berdoa pada-Nya, agar Ia membisikkan kepadamu, bahwa di luar sana, banyak air mata yang telah membanjir, menganak sungai dan menjadi lautan. Matahari di senyummu, akan menjadi matahari di banyak hati yang duka karena beratnya teguran Allah yang menimpa. Kejora di matamu, akan cemerlang di mata sendu yang nyaris putus asa sebab kehilangan segala hal yang berharga.

Aku yakin kau tahu, dan aku hanya berharap, bahwa kau kembali menemukan dirimu seutuhnya, tidak terkatung-katung merana seolah tanpa jiwa. Tetapi apalah dayaku? Aku hanyalah tembok yang membisu.

***

Aku Gadis, telah mendengar bisikan tembok. Terima kasih tembok, karena telah mendengarkan keluh kesahku, tanpa menghakimi bahwa aku benar atau salah. Aku akan tersenyum, untukmu…. Terima kasih telah menjadi sahabatku. Besok aku ngadu lagi yaa… sama kamu….

(sumber: http://izti-bidadaribiru.blogspot.com/ ) 

0 komentar:

Posting Komentar