Kamis, 20 September 2012

Untuk Putriku Tercinta




Putriku tercinta! Aku seorang yang telah berusia hampir lima puluh tahun. Hilang sudah masa remaja, impian dan khayalan. Aku telah mengunjungi banyak negeri, dan berjumpa dengan banyak orang.

Aku juga telah merasakan pahit getirnya dunia. Oleh karena itu dengarlah nasehat-nasehatku yang benar lagi jelas, berdasarkan pengalaman-pengalamanku, dimana engkau belum pernah mendengarnya dari orang lain.

Kami telah menulis dan mengajak kepada perbaikan moral, menghapus kejahatan dan mengekang hawa nafsu, sampai pena tumpul, dan mulut letih, dan kami tidak mengahasilkan apa-apa. Kemungkaran tidak dapat kami berantas, bahkan semakin bertambah, kerusakan telah mewabah, para wanita keluar dengan pakaian merangsang, terbuka bagian lengan, betis dan lehernya.

Kami belum menemukan cara untuk memperbaiki, kami belum tahu jalannya. Sesungguhnya jalan kebaikan itu ada di depanmu, putriku! Kuncinya berada di tanganmu.

Benar bahwa lelakilah yang memulai langkah pertama dalam lorong dosa, tetapi bila engkau tidak setuju, laki-laki itu tidak akan berani, dan andaikata bukan lantaran lemah gemulaimu, laki-laki tidak akan bertambah parah. Engkaulah yang membuka pintu, kau katakan kepada si pencuri itu : silakan masuk … ketika ia telah mencuri, engkau berteriak : maling …! Tolong … tolong… saya kemalingan.

Demi Allah … dalam khayalan seorang pemuda tak melihat gadis kecuali gadis itu telah ia telanjangi pakaiannya.

Demi Allah … begitulah, jangan engkau percaya apa yang dikatakan laki-laki, bahwa ia tidak akan melihat gadis kecuali akhlak dan budi bahasanya. Ia akan berbicara kepadamu sebagai seorang sahabat.

Demi Allah … ia telah bohong! Senyuman yang diberikan pemuda kepadamu, kehalusan budi bahasa dan perhatian, semua itu tidak lain hanyalah merupakan perangkap rayuan ! setelah itu apa yang terjadi? Apa, wahai puteriku? Coba kau pikirkan!

Kalian berdua sesaat berada dalam kenikmatan, kemudian engkau ditinggalkan, dan engkau selamanya tetap akan merasakan penderitaan akibat kenikmatan itu. Pemuda tersebut akan mencari mangsa lain untuk diterkam kehormatannya, dan engkaulah yang menanggung beban kehamilan dalam perutmu. Jiwamu menangis, keningmu tercoreng, selama hidupmu engkau akan tetap berkubang dalam kehinaan dan keaiban, masyarakat tidak akan mengampunimu selamanya.

Bila engkau bertemu dengan pemuda, kau palingkan muka, dan menghindarinya. Apabila pengganggumu berbuat lancang lewat perkataan atau tangan yang usil, kau lepaskan sepatu dari kakimu lalu kau lemparkan ke kepalanya, bila semua ini engkau lakukan, maka semua orang di jalan akan membelamu. Setelah itu anak-anak nakal itu takkan mengganggu gadis-gadis lagi. Apabila anak laki-laki itu menginginkan kebaikan maka ia akan mendatangi orang tuamu untuk melamar.

Cita-cita wanita tertinggi adalah perkawinan. Wanita, bagaimanapun juga status sosial, kekayaan, popularitas, dan prestasinya, sesuatu yang sangat didamba-dambakannya adalah menjadi isteri yang baik serta ibu rumah tangga yang terhormat.

Tak ada seorangpun yang mau menikahi pelacur, sekalipun ia lelaki hidung belang, apabila akan menikah tidak akan memilih wanita jalang (nakal), akan tetapi ia akan memilih wanita yang baik karena ia tidak rela bila ibu rumah tangga dan ibu putera-puterinya adalah seorang wanita amoral.

Sesungguhnya krisis perkawinan terjadi disebabkan kalian kaum wanita! Krisis perkawinan terjadi disebabkan perbuatan wanita-wanita asusila, sehingga para pemuda tidak membutuhkan isteri, akibatnya banyak para gadis berusia cukup untuk nikah tidak mendapatkan suami. Mengapa wanita-wanita yang baik belum juga sadar? Mengapa kalian tidak berusaha memberantas malapetaka ini? Kalianlah yang lebih patut dan lebih mampu daripada kaum laki-laki untuk melakukan usaha itu karena kalian telah mengerti bahasa wanita dan cara menyadarkan mereka, dan oleh karena yang menjadi korban kerusakan ini adalah kalian, para wanita mulia dan beragama.

Maka hendaklah kalian mengajak mereka agar bertakwa kepada Allah, bila mereka tidak mau bertaqwa, peringatkanlah mereka akan akibat yang buruk dari perzinaan seperti terjangkitnya suatu penyakit. Bila mereka masih membangkang maka beritahukan akan kenyataan yang ada, katakan kepada mereka : kalian adalah gadis-gadis remaja putri yang cantik, oleh karena itu banyak pemuda mendatangi kalian dan berebut di sekitar kalian, akan tetapi apakah keremajaan dan kecantikan itu akan kekal? Semua makhluk di dunia ini tidak ada yang kekal. Bagaimana kelanjutannya, bila kalian sudah menjadi nenek dengan punggung bungkuk dan wajah keriput? Saat itu, siapakah yang akan memperhatikan? Siapa yang akan simpati?

Tahukah kalian, siapakah yang memperhatikan, menghormati dan mencintai seorang nenek? Mereka adalah anak dan para cucunya, saat itulah nenek tersebut menjadi seorang ratu ditengah rakyatnya. Duduk di atas singgasana dengan memakai mahkota, tetapi bagaimana dengan nenek yang lain, yang masih belum bersuami itu? Apakah kelezatan itu sebanding dengan penderitaan di atas? Apakah akibat itu akan kita tukar dengan kelezatan sementara?

Dan berilah nasehat-nasehat yang serupa, saya yakin kalian tidak perlu petunjuk orang lain serta tidak kehabisan cara untuk menasehati saudari-saudari yang sesat dan patut di dikasihani. Bila kalian tidak dapat mengatasi mereka, berusahalah untuk menjaga wanita-wanita baik, gadis-gadis yang sedang tumbuh, agar mereka tidak menempuh jalan yang salah.

Saya tidak minta kalian untuk mengubah secara drastis mengembalikan wanita kini menjadi kepribadian muslimah yang benar, akan tetapi kembalilah ke jalan yang benar setapak demi setapak sebagaimana kalian menerima kerusakan sedikit demi sedikit.

Perbaikan tersebut tidak dapat diatasi hanya dalam waktu sehari atau dalam waktu singkat, malainkan dengan kembali ke jalan yang benar dari jalan yang semula kita lewati menuju kejelekan walaupun jalan itu sekarang telah jauh, tidak menjadi soal, orang yang tidak mau menempuh jalan panjang yang hanya satu-satunya ini, tidak akan pernah sampai. Kita mulai dengan memberantas pergaulan bebas, (kalaupun) seorang wanita membuka wajahnya tidak berarti ia boleh bergaul dengan laki-laki yang bukan mahramnya. Istri tanpa tutup wajah bukan berarti ia boleh menyambut kawan suami dirumahnya, atau menyalaminya bila bertemu di kereta, bertemu di jalan, atau seorang gadis menjabat tangan kawan pria di sekolah, berbincang-bincang, berjalan seiring, belajar bersama untuk ujian, dia lupa bahwa Allah menjadikannya sebagai wanita dan kawannya sebagai pria, satu dengan lain dapat saling terangsang. Baik wanita, pria, atau seluruh penduduk dunia tidak akan mampu mengubah ciptaan Allah, menyamakan dua jenis atau menghapus rangsangan seks dari dalam jiwa mereka.

Mereka yang menggembar-gemborkan emansipasi dan pergaulan bebas atas kemajuan adalah pembohong dilihat dari dua sebab :

Pertama : karena itu semua mereka lakukan untuk kepuasan pada diri mereka, memberikan kenikmatan-kenikmatan melihat angota badan yang terbuka dan kenikmatan-kenikmatan lain yang mereka bayangkan. Akan tetapi mereka tidak berani berterus terang, oleh karena itu mereka bertopeng dengan kalimat yang mengagumkan yang sama sekali tidak ada artinya, kemajuan, modernisasi, kehidupan kampus, dan ungkapan-ungkapan yang lain yang kosong tanpa makna bagaikan gendang.

Kedua : mereka bohong oleh karena mereka bermakmum pada Eropa, menjadikan eropa bagaikan kiblat, dan mereka tidak dapat memahami kebenaran kecuali apa-apa yang datang dari sana, dari Paris, London, Berlin dan New york. Sekalipun berupa dansa, porno, pergaulan bebas di sekolah, buka aurat di lapangan dan telanjang di pantai (atau di kolam renang). Kebatilan menurut mereka adalah segala sesuatu yang datangnya dari timur, sekolah-sekolah Islam dan masjid-masjid, walapun berupa kehormatan, kemuliaan,, kesucian dan petunjuk. Kata mereka, pergaulan bebas itu dapat mengurangi nafsu birahi, mendidik watak dan dapat menekan libido seksual, untuk menjawab ini saya limpahkan pada mereka yang telah mencoba pergaulan bebas di sekolah-sekolah, seperti Rusia yang tidak beragama, tidak pernah mendengar para ulama dan pendeta. Bukankah mereka telah meninggalkan percobaan ini setelah melihat bahwa hal ini amat merusak?

Saya tidak berbicara dengan para pemuda, saya tidak ingin mereka mendengar, saya tahu, mungkin mereka menyanggah dan mencemoohkan saya karena saya telah menghalangi mereka untuk memperoleh kenikmatan dan kelezatan, akan tetapi saya berbicara kepada kalian, putri-putriku, wahai putriku yang beriman dan beragama! Putriku yang terhormat dan terpelihara ketahuilah bahwa yang menjadi korban semua ini bukan orang lain kecuali engkau.

Oleh karena itu jangan berikan diri kalian sebagai korban iblis, jangan dengarkan ucapan mereka yang merayumu dengan pergaulan yang alasannya, hak asasi, modernisme, emansipasi dan kehidupan kampus. Sungguh kebanyakan orang yang terkutuk ini tidak beristri dan tidak memiliki anak, mereka sama sekali tidak peduli dengan kalian selain untuk pemuas kelezatan sementara. Sedangkan saya adalah seorang ayah dari empat gadis. Bila saya membela kalian, berarti saya membela putri-putriku sendiri. Saya ingin kalian bahagia seperti yang saya inginkan untuk putri-putriku.

Sesungguhnya tidak ada yang mereka inginkan salain memperkosa kehormatan wanita, kemuliaan yang tercela tidak akan bisa kembali, begitu juga martabat yang hilang tidak akan dapat diketemukan kembali.

Bila anak putri jatuh, tak seorangpun di antara mereka mau menyingsingkan lengan untuk membangunkannya dari lembah kehinaan, yang engkau dapati mereka hanya memperebutkan kecantikan si gadis, apabila telah berubah dan hilang, mereka pun lalu pergi menelantarkan, persisnya seperti anjing meninggalkan bangkai yang tidak tersisa daging sedikitpun.

Inilah nasehatku padamu, putriku. Inilah kebenaran. Selain ini jangan percaya. Sadarlah bahwa di tanganmulah, bukan di tangan kami kaum laki-laki, kunci pintu perbaikan. Bila mau perbaikilah diri kalian, dengan demikian umat pun kan menjadi baik.

(wallahul musta’an).
Disarikan dari buku : “Wahai Putriku” Ali Thanthawi

المكتب التعاوني لدعوة الجاليات بعنيزه

Bila Al Qur'an bisa bicara !



Waktu engkau masih kanak-kanak, kau laksana kawan sejatiku
Dengan wudu' aku kau sentuh dalam keadaan suci
Aku kau pegang, kau junjung dan kau pelajari
Aku engkau baca dengan suara lirih ataupun keras setiap hari
Setelah usai engkaupun selalu menciumku mesra

Sekarang engkau telah dewasa...
Nampaknya kau sudah tak berminat lagi padaku...
Apakah aku bacaan usang yang tinggal sejarah...
Menurutmu barangkali aku bacaan yang tidak menambah pengetahuanmu

Atau menurutmu aku hanya untuk anak kecil yang belajar mengaji saja?

Sekarang aku engkau simpan rapi sekali hingga kadang engkau lupa dimana menyimpannya,

Aku sudah engkau anggap hanya sebagai perhiasan rumahmu
Kadangkala aku dijadikan mas kawin agar engkau dianggap bertaqwa

Atau aku kau buat penangkal untuk menakuti hantu dan syetan

Kini aku lebih banyak tersingkir, dibiarkan dalam kesendirian dalam kesepian

Di atas lemari, di dalam laci, aku engkau pendamkan.

Dulu...pagi-pagi...surah-surah yang ada padaku engkau baca beberapa halaman
Sore harinya aku kau baca beramai-ramai bersama temanmu di surau.....

Sekarang... pagi-pagi sambil minum kopi...engkau baca Koran pagi atau nonton berita TV
Waktu senggang..engkau sempatkan membaca buku karangan manusia

Sedangkan aku yang berisi ayat-ayat yang datang dari Allah Yang Maha Perkasa.
Engkau campakkan, engkau abaikan dan engkau lupakan...

Waktu berangkat kerjapun kadang engkau lupa baca pembuka surahku (Basmalah)
Diperjalanan engkau lebih asyik menikmati musik duniawi
Tidak ada kaset yang berisi ayat Alloh yang terdapat padaku di laci mobilmu
Sepanjang perjalanan radiomu selalu tertuju ke stasiun radio favoritmu
Aku tahu kalau itu bukan Stasiun Radio yang senantiasa melantunkan ayatku

Di meja kerjamu tidak ada aku untuk kau baca sebelum kau mulai kerja
Di Komputermu pun kau putar musik favoritmu
Jarang sekali engkau putar ayat-ayatku melantun
E-mail temanmu yang ada ayat-ayatkupun kadang kau abaikan
Engkau terlalu sibuk dengan urusan duniamu

Benarlah dugaanku bahwa engkau kini sudah benar-benar melupakanku
Bila malam tiba engkau tahan nongkrong berjam-jam di depan TV
Menonton pertandingan Liga Italia , musik atau Film dan Sinetron laga
Di depan komputer berjam-jam engkau betah duduk
Hanya sekedar membaca berita murahan dan gambar sampah

Waktupun cepat berlalu...aku menjadi semakin kusam dalam lemari
Mengumpul debu dilapisi abu dan mungkin dimakan kutu
Seingatku hanya awal Ramadhan engkau membacaku kembali
Itupun hanya beberapa lembar dariku
Dengan suara dan lafadz yang tidak semerdu dulu
Engkaupun kini terbata-bata dan kurang lancar lagi setiap membacaku.

Apakah Koran, TV, radio , komputer, dapat memberimu pertolongan ? Bila
engkau di kubur sendirian menunggu sampai kiamat tiba Engkau akan
diperiksa oleh para malaikat suruhanNya

Hanya dengan ayat-ayat Allah yang ada padaku engkau dapat selamat melaluinya.

Sekarang engkau begitu enteng membuang waktumu...
Setiap saat berlalu...kuranglah jatah umurmu...
Dan akhirnya kubur sentiasa menunggu kedatanganmu..
Engkau bisa kembali kepada Tuhanmu sewaktu-waktu
Apabila malaikat maut mengetuk pintu rumahmu.

Bila aku engkau baca selalu dan engkau hayati...
Di kuburmu nanti....
Aku akan datang sebagai pemuda gagah nan tampan
Yang akan membantu engkau membela diri
Bukan koran yang engkau baca yang akan membantumu Dari perjalanan di alam akhirat
Tapi Akulah "Qur'an" kitab sucimu
Yang senantiasa setia menemani dan melindungimu

Peganglah aku lagi . .. bacalah kembali aku setiap hari
Karena ayat-ayat yang ada padaku adalah ayat suci
Yang berasal dari Alloh, Tuhan Yang Maha Mengetahui

Yang disampaikan oleh Jibril kepada Muhammad Rasulullah.

Keluarkanlah segera aku dari lemari atau lacimu...
Jangan lupa bawa kaset yang ada ayatku dalam laci mobilmu
Letakkan aku selalu di depan meja kerjamu
Agar engkau senantiasa mengingat Tuhanmu

Sentuhilah aku kembali...
Baca dan pelajari lagi aku....
Setiap datangnya pagi dan sore hari
Seperti dulu....dulu sekali...
Waktu engkau masih kecil , lugu dan polos...
Di surau kecil kampungmu yang damai
Jangan aku engkau biarkan sendiri....
Dalam bisu dan sepi....
Mahabenar Allah, yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.

Minggu, 16 September 2012

TK SD = Alienated.... SMP SMA = .........

Hai ! Sudah lama ya aku tidak menuliskan sesuatu disini. Sangat sulit untuk masuk ke blog ini sekarang. Modemku sedang sakit.

Maaf, sekali lagi aku ingin menceritakan sesuatu padamu. Aku tak tahu harus kepada siapa aku menceritakan ini. Aku tak tahu, siapa yang mau mendengarkan curhatanku yang tak berguna, tak penting, dan bukan hal cinta ini.

Maaf, aku mau menceritakan pengalaman Alienated/ terabaikan yang pernah aku alami. Dan sekarang sudah tidak lagi. Semua orang yg terkait dlm cerita ini sudah tidak begitu lagi Alhamdulillah.

***

Saat aku dilahirkan di dunia ini, ekonomi keluargaku belum cukup baik seperti sekarang. Ayah masih bekerja di Cilacap dan Mama bekerja menjadi apoteker di RS Al-Ihsan.
Saat aku bayi, aku selalu dititipkan pada tanteku. Aku diasuh olehnya. Diberi susu bubuk. (malam hari aku baru bisa minum ASI). Aku sudah terbiasa dari bayi ditinggal pergi oleh kedua orangtuaku. Aku mengerti mereka. Mereka begini karena aku, dan aku tahu, mereka tak sanggup melihatku selalu ditinggal.
Aku selalu mandiri, dari TK aku sudah belajar mandiri. Naik jemputan misalnya, karena aku mengerti bahwa mama itu sibuk pergi ke RS Al-Ihsan (tempat kerja mamaku)

Kalian tahu? Masa-masa aku kecil, umur saat aku diwajibkan oleh pemerintah untuk menduduki Sekolah Pendidikan Dasar. Eh, maaf maksudku sebelumnya. Aku di didik oleh ayahku (yang ku anggap waktu aku kecil) dengan keras. 

Di depan rumahku terletak sebuah lapangan bulu tangkis yang tidak begitu luas. Keluargaku dan tetangga-tetanggaku selalu bermain dan berkumpul di lapangan itu. Suatu ketika kami semua berkumpul dan giliran bermain bulu-tangkis, aku yang kira-kira masih berumur 7tahunan menjadi orang yang menghitung score dengan sebuah benda dari besi yang sudah ada tulisan angkanya. Lalu, adikku yang masih berumur 4tahun memutar-mutar score tersebut, sehingga aku (sedikit) membentaknya. "De! Kamu mah ih ngubah2 score! jadi weh teteh ga tau tadi scorenya berapa!" bentakku dengan menyingkirkan tangan adikku yang masih memegang papan score. Adikku menangis keras sekali.
Dan setiap adikku menangis pasti ayah selalu membela adikku meski aku tak salah. Saat itu juga, ayah datang menghampiriku dan marah besar kepadaku (Ayah selalu begitu saat aku membuat adikku menangis). Dia menarik tanganku kuat, dan membawa ke teras rumah. Seketika itu, Bulu tangkis bukan jadi tontonan tetangga2 tapi aku, aku sekarang yang menjadi tontonan mereka.
"Sudah ayah bilang! kamu jangan membuat nangis adikmu! kamu selalu saja begitu!"
"Ayah lepasin" Aku meraung meminta Ayah melepas genggamannya.'
Kalian tahu? Di depan umum Ayah mengangkat kakiku, sehingga seluruh tubuhku sekarang terbalik. Kakiku diatas dan kepala ku dibawah. Dia seperti ingin membanting tubuhku. Aku tatap wajahnya sambil menangis. Dia benar-benar tak suka padaku. Sebenarnya? siapa aku?. Meskipun aku hanya anak kecil waktu itu tapi aku masih punya perasaan. Siapa aku? kenapa ayah selalu melakukkan ini? Meikha ga salah juga suka diginiin? Kenapa ayah? Ayah, apa ayah hanya mencintai adik saja? sedangkan aku tidak? Kenapa ayah lebih sayang sama adik yah? Meikha juga mau disayang sama ayah. Apa jangan-jangan Meikha bukan anak ayah? Meikha hanya anak pungutan? Kenapa ayah begitu benci sama Meikha? Kenapa ayah jahat sama Meikha? Pertanyaan-pertanyaan tersebut mengalir deras dalam pikiranku dan hatiku. Semua orang melihatku, menontonku. Aku dipermalukan didepan umum. Aku tak kuat menahan ini sehingga aku berkata pada ayah, "Udah, Bunuh aja sekalian! biar teteh ga diginiin lagi sama ayah!"
Aku terjatuh. Aku terbanting. Ayah masuk ke rumah. Aku menangis sekerasnya.

Ayah, maafkan perkataan teteh waktu itu. Maaf, kalau waktu itu teteh sempat benci dan kesal terhadap ayah. Maaf. Tapi, setelah kejadian itu, ayah tak pernah melakukan itu lagi kan? Ayah sadar dan minta maaf  sebesar-besarnya padaku. Ayah menciumku beberapa kali :) Teteh tau sebenarnya ayah sayang teteh. Dan maksud ayah adalah agar teteh bisa menjaga dan melindungi adik, bukan membuatnya mengeluarkan air mata. Tapi yah, ayah tahu? teteh merasakan terasingkan saat itu.

***

Sekolah Dasar.
Masa-masa SD ku itu, sedikit yang menyenangkan. Lebih banyak kesendirian dan kelabunya.

Aku tumbuh menjadi anak yang pendiam. Tak pintar bersosialisasi. Aku tak suka melihat orang berkubu-kubu. Kelas 1, 2, 3, Aku selalu mendapatkan rangking ke-4 dari 50 orang siswa. Cukup terlihat hebat bukan? untuk seumuran aku yang lebih muda 1 tahun dari teman seangkatanku. Tapi, Prestasi itu tak pernah cukup bagi nenekku. Bila dia menanyakan berapa rangkingku dan aku menjawab "4" dia selalu berkata, "Yey! Rangking opat, ai indung jeung bapak maneh mah rangking teh sok rangking 1 wae. ai maneh mah bodo!" Cukup menusuk bukan? Setiap kali aku berkunjung ke rumah nenek, tiap kali juga dia selalu menanyakan itu dan berkata itu kepadaku. Ga sabar gimana coba ya? Tapi, kata2 itu bukan membuat aku semakin bangkit, malah membuatku semakin terpojok.

Aku tumbuh menjadi anak bodoh. Aku selalu datang pagi2 dan aku selalu duduk paling belakang. Entahlah, itu adalah tempat yang aman untuk tidur selama pelajaran berlangsung. Ya, inilah aku. Anak nerd, Berbicara seperlunya, Polos, Tak suka melihat orang berkubu-kubu dan lebih memilih untu sendiri, anak mandiri, gadis yang selalu pergi ke kantin dan ke toilet sendirian, tidak seperti gadis lainnya.

Disekolah Dasar, aku selalu diejek-ejek, ditertawakan, bahkan dicudahi. Menyedihkan bukan? Aku tak dianggap menjadi bagian di kelas ini. Bahkan setelah 6tahun pun, teman sekelasku ada yang tak tahu siapa namaku?
--

Saat itu aku sedang duduk dengan teman sebangkuku yang sekaligus adalah teman seTK, Ketika kami sedang mengobrol, tak sengaja kaki teman sebangkuku, Riana (samaran) menyenggol air minum teman didepannya, Nita (samaran).
Nita: Ih, siapa yg numpahin minuman aku? (menatap serius padaku dan Riana)
Nita: Siapa yg numpahin?!

Setelah itu, datang Adit. Laki-laki betubuh besar dan sok jadi pahlawan-_-

Adit: Ada apa hey?
Nita: Ini nih, ada yg numpahin minuman aku (nangis)
Adit: Ayo siapa?! Aah, Meikha yaa?
Aku: Hah? aku? (menatap Riana yg ketakutan)
Adit: Aah, ngaku aja weh lah.. Si Meikha ya Na?
Aku lihat, Riana hanya mengangguk tapi tak tega. Tak kusangka dia memfitnahku.
"Wuu.. Jatohin minuman orang aja! mau nyuri bilang! Pel sana! dasar tolool!"
Aku tak bisa berkata apa-apa, aku hanya orang asing disini, aku tak bisa melawan mereka, aku hanya sendiri, mereka berlima.
Aku mengambil Tisu dan membersihkannya. Seseorang menjatuhkan air liurnya ke lantai dekat jariku yang sedang mengelap. Seseorang meludah kepadaku! Aku menengadah. Betapa jahatnya mereka! kenapa mereka seperti ini...
"Wuuu.. dasar babu! haha"

Aku berjalan gontai dan keluar kelas.

--

Sebenarnya masih banyak cerita yang kelam semasa SD-ku, banyak sekali, banyak.

***

SMP

Ya Alloh. Aku harap, dijenjang selanjutnya aku bisa mendapati kawan dengan baik, aku bisa bersosialisasi, aku harap aku tdk menemukan kubu-kubu lagi dalam kelasku.

Terimakasih Ya Alloh.. kau mengabulkan doaku. Sekarang aku berada di SMP Islam Terpadu Annimah. dan di sekolah ini aku bisa mendapatkan kepercaya-dirianku dalam bersosialisasi, aku menjadi anak yang aktif, anak yang pintar, bahkan mendapatkan rangking selalu, aku menemukan guru-guru yang dekat dan peduli pada muridnya, aku menemukan guru-guru yang tidak membanding-bandingkan murid mana yg lbh pintar, aku menemukan guru yang MEMANG BENAR GURU!, aku menemukan kepala sekolah yang sudah aku anggap seperti ayah sendiri, aku menemukan keluarga baru disini! aku mencintai SMP ini. Aku adalah angkatan ke-3 di SMP ini, SMP ini memang baru. Aku sungguh-sungguh berterimakasih sekali kepada bapak kepala sekolahku (yang sekarang sudah tdk menjadi kepala sekolah lagi :( ), kepada guru-guru yang sabar dan patut dibilang guru.
Berkat sekolah disini aku berkembang! dan semakin maju! aku mencintai keluarga ke 2 ini.

***

SMA

Setelah aku berpisah dengan keluargaku di SMP, aku masuk SMA negeri.
Disini, di kelas X aku kira bakal terjadi perkubuan lagi, dan nyatanya... tidak. aku kira, aku tidak bisa berprestasi disini dan ternyata tidak. Aku masih bisa mendapatkan 10 besar dari 40 lebih siswa/i. Aku mendapatkan banyak teman baru disini, tepatnya aku mendapatkan lebih banyak abang/kakak laki2 disini.

Sayangnya teman2 kelas X, tidak akan menemaniku untuk 3 tahun lamanya. Mereka hanya menemaniku selama 1 tahun. Kita berpisah oleh jurusan. Tapi, meskipun kita beda jurusan kita tetap berteman bukan? Akhirnya aku masuk ke jurusan yang aku idam2kan, aku masuk IPA.
Dikelas IPA sepertinya murid2nya terobsesi mendapatkan nilai tinggi. beda sekali denganku-_-. Dan sekarang... kelas ini MASIH berkubu-kubu, entah hanya perasaanku saja. Aku harap untuk kedepannya kalian tidak berkubu-kubu dan menganggapku ada.

Dan akhir-akhir ini aku menjadi orang yang pendiam lagi, sendiri. Tapi, aku mulai kehilangan kekebalan atas virus "KESENDIRIAN" itu. Aku seperti kehilangan banyak topik untuk aku perbincangkan dengan temanku. Aku kehilangannya. Kebanyakkan diantara mereka lebih suka berbicara tentang cinta sedangkan aku? sekarang sudah tidak kenal lagi cinta itu seperti apa? solusinya gmn? aku sudah lupa. Aku kehilangannya. Aku sudah tidak pandai berbicara lagi, apa itu hanya perasaanku saja?

Aku harap itu hanya perasaanku saja. Maaf bila ada yg keberatan dengan curhatanku ini. Dan terimakasih. aku menjadi lebih baik sekarang. Aku bisa menuliskan isi hatiku tapi tak bisa mengucapkan dengan lisan. Terimakasih dan maaf.