Minggu, 16 September 2012

TK SD = Alienated.... SMP SMA = .........

Hai ! Sudah lama ya aku tidak menuliskan sesuatu disini. Sangat sulit untuk masuk ke blog ini sekarang. Modemku sedang sakit.

Maaf, sekali lagi aku ingin menceritakan sesuatu padamu. Aku tak tahu harus kepada siapa aku menceritakan ini. Aku tak tahu, siapa yang mau mendengarkan curhatanku yang tak berguna, tak penting, dan bukan hal cinta ini.

Maaf, aku mau menceritakan pengalaman Alienated/ terabaikan yang pernah aku alami. Dan sekarang sudah tidak lagi. Semua orang yg terkait dlm cerita ini sudah tidak begitu lagi Alhamdulillah.

***

Saat aku dilahirkan di dunia ini, ekonomi keluargaku belum cukup baik seperti sekarang. Ayah masih bekerja di Cilacap dan Mama bekerja menjadi apoteker di RS Al-Ihsan.
Saat aku bayi, aku selalu dititipkan pada tanteku. Aku diasuh olehnya. Diberi susu bubuk. (malam hari aku baru bisa minum ASI). Aku sudah terbiasa dari bayi ditinggal pergi oleh kedua orangtuaku. Aku mengerti mereka. Mereka begini karena aku, dan aku tahu, mereka tak sanggup melihatku selalu ditinggal.
Aku selalu mandiri, dari TK aku sudah belajar mandiri. Naik jemputan misalnya, karena aku mengerti bahwa mama itu sibuk pergi ke RS Al-Ihsan (tempat kerja mamaku)

Kalian tahu? Masa-masa aku kecil, umur saat aku diwajibkan oleh pemerintah untuk menduduki Sekolah Pendidikan Dasar. Eh, maaf maksudku sebelumnya. Aku di didik oleh ayahku (yang ku anggap waktu aku kecil) dengan keras. 

Di depan rumahku terletak sebuah lapangan bulu tangkis yang tidak begitu luas. Keluargaku dan tetangga-tetanggaku selalu bermain dan berkumpul di lapangan itu. Suatu ketika kami semua berkumpul dan giliran bermain bulu-tangkis, aku yang kira-kira masih berumur 7tahunan menjadi orang yang menghitung score dengan sebuah benda dari besi yang sudah ada tulisan angkanya. Lalu, adikku yang masih berumur 4tahun memutar-mutar score tersebut, sehingga aku (sedikit) membentaknya. "De! Kamu mah ih ngubah2 score! jadi weh teteh ga tau tadi scorenya berapa!" bentakku dengan menyingkirkan tangan adikku yang masih memegang papan score. Adikku menangis keras sekali.
Dan setiap adikku menangis pasti ayah selalu membela adikku meski aku tak salah. Saat itu juga, ayah datang menghampiriku dan marah besar kepadaku (Ayah selalu begitu saat aku membuat adikku menangis). Dia menarik tanganku kuat, dan membawa ke teras rumah. Seketika itu, Bulu tangkis bukan jadi tontonan tetangga2 tapi aku, aku sekarang yang menjadi tontonan mereka.
"Sudah ayah bilang! kamu jangan membuat nangis adikmu! kamu selalu saja begitu!"
"Ayah lepasin" Aku meraung meminta Ayah melepas genggamannya.'
Kalian tahu? Di depan umum Ayah mengangkat kakiku, sehingga seluruh tubuhku sekarang terbalik. Kakiku diatas dan kepala ku dibawah. Dia seperti ingin membanting tubuhku. Aku tatap wajahnya sambil menangis. Dia benar-benar tak suka padaku. Sebenarnya? siapa aku?. Meskipun aku hanya anak kecil waktu itu tapi aku masih punya perasaan. Siapa aku? kenapa ayah selalu melakukkan ini? Meikha ga salah juga suka diginiin? Kenapa ayah? Ayah, apa ayah hanya mencintai adik saja? sedangkan aku tidak? Kenapa ayah lebih sayang sama adik yah? Meikha juga mau disayang sama ayah. Apa jangan-jangan Meikha bukan anak ayah? Meikha hanya anak pungutan? Kenapa ayah begitu benci sama Meikha? Kenapa ayah jahat sama Meikha? Pertanyaan-pertanyaan tersebut mengalir deras dalam pikiranku dan hatiku. Semua orang melihatku, menontonku. Aku dipermalukan didepan umum. Aku tak kuat menahan ini sehingga aku berkata pada ayah, "Udah, Bunuh aja sekalian! biar teteh ga diginiin lagi sama ayah!"
Aku terjatuh. Aku terbanting. Ayah masuk ke rumah. Aku menangis sekerasnya.

Ayah, maafkan perkataan teteh waktu itu. Maaf, kalau waktu itu teteh sempat benci dan kesal terhadap ayah. Maaf. Tapi, setelah kejadian itu, ayah tak pernah melakukan itu lagi kan? Ayah sadar dan minta maaf  sebesar-besarnya padaku. Ayah menciumku beberapa kali :) Teteh tau sebenarnya ayah sayang teteh. Dan maksud ayah adalah agar teteh bisa menjaga dan melindungi adik, bukan membuatnya mengeluarkan air mata. Tapi yah, ayah tahu? teteh merasakan terasingkan saat itu.

***

Sekolah Dasar.
Masa-masa SD ku itu, sedikit yang menyenangkan. Lebih banyak kesendirian dan kelabunya.

Aku tumbuh menjadi anak yang pendiam. Tak pintar bersosialisasi. Aku tak suka melihat orang berkubu-kubu. Kelas 1, 2, 3, Aku selalu mendapatkan rangking ke-4 dari 50 orang siswa. Cukup terlihat hebat bukan? untuk seumuran aku yang lebih muda 1 tahun dari teman seangkatanku. Tapi, Prestasi itu tak pernah cukup bagi nenekku. Bila dia menanyakan berapa rangkingku dan aku menjawab "4" dia selalu berkata, "Yey! Rangking opat, ai indung jeung bapak maneh mah rangking teh sok rangking 1 wae. ai maneh mah bodo!" Cukup menusuk bukan? Setiap kali aku berkunjung ke rumah nenek, tiap kali juga dia selalu menanyakan itu dan berkata itu kepadaku. Ga sabar gimana coba ya? Tapi, kata2 itu bukan membuat aku semakin bangkit, malah membuatku semakin terpojok.

Aku tumbuh menjadi anak bodoh. Aku selalu datang pagi2 dan aku selalu duduk paling belakang. Entahlah, itu adalah tempat yang aman untuk tidur selama pelajaran berlangsung. Ya, inilah aku. Anak nerd, Berbicara seperlunya, Polos, Tak suka melihat orang berkubu-kubu dan lebih memilih untu sendiri, anak mandiri, gadis yang selalu pergi ke kantin dan ke toilet sendirian, tidak seperti gadis lainnya.

Disekolah Dasar, aku selalu diejek-ejek, ditertawakan, bahkan dicudahi. Menyedihkan bukan? Aku tak dianggap menjadi bagian di kelas ini. Bahkan setelah 6tahun pun, teman sekelasku ada yang tak tahu siapa namaku?
--

Saat itu aku sedang duduk dengan teman sebangkuku yang sekaligus adalah teman seTK, Ketika kami sedang mengobrol, tak sengaja kaki teman sebangkuku, Riana (samaran) menyenggol air minum teman didepannya, Nita (samaran).
Nita: Ih, siapa yg numpahin minuman aku? (menatap serius padaku dan Riana)
Nita: Siapa yg numpahin?!

Setelah itu, datang Adit. Laki-laki betubuh besar dan sok jadi pahlawan-_-

Adit: Ada apa hey?
Nita: Ini nih, ada yg numpahin minuman aku (nangis)
Adit: Ayo siapa?! Aah, Meikha yaa?
Aku: Hah? aku? (menatap Riana yg ketakutan)
Adit: Aah, ngaku aja weh lah.. Si Meikha ya Na?
Aku lihat, Riana hanya mengangguk tapi tak tega. Tak kusangka dia memfitnahku.
"Wuu.. Jatohin minuman orang aja! mau nyuri bilang! Pel sana! dasar tolool!"
Aku tak bisa berkata apa-apa, aku hanya orang asing disini, aku tak bisa melawan mereka, aku hanya sendiri, mereka berlima.
Aku mengambil Tisu dan membersihkannya. Seseorang menjatuhkan air liurnya ke lantai dekat jariku yang sedang mengelap. Seseorang meludah kepadaku! Aku menengadah. Betapa jahatnya mereka! kenapa mereka seperti ini...
"Wuuu.. dasar babu! haha"

Aku berjalan gontai dan keluar kelas.

--

Sebenarnya masih banyak cerita yang kelam semasa SD-ku, banyak sekali, banyak.

***

SMP

Ya Alloh. Aku harap, dijenjang selanjutnya aku bisa mendapati kawan dengan baik, aku bisa bersosialisasi, aku harap aku tdk menemukan kubu-kubu lagi dalam kelasku.

Terimakasih Ya Alloh.. kau mengabulkan doaku. Sekarang aku berada di SMP Islam Terpadu Annimah. dan di sekolah ini aku bisa mendapatkan kepercaya-dirianku dalam bersosialisasi, aku menjadi anak yang aktif, anak yang pintar, bahkan mendapatkan rangking selalu, aku menemukan guru-guru yang dekat dan peduli pada muridnya, aku menemukan guru-guru yang tidak membanding-bandingkan murid mana yg lbh pintar, aku menemukan guru yang MEMANG BENAR GURU!, aku menemukan kepala sekolah yang sudah aku anggap seperti ayah sendiri, aku menemukan keluarga baru disini! aku mencintai SMP ini. Aku adalah angkatan ke-3 di SMP ini, SMP ini memang baru. Aku sungguh-sungguh berterimakasih sekali kepada bapak kepala sekolahku (yang sekarang sudah tdk menjadi kepala sekolah lagi :( ), kepada guru-guru yang sabar dan patut dibilang guru.
Berkat sekolah disini aku berkembang! dan semakin maju! aku mencintai keluarga ke 2 ini.

***

SMA

Setelah aku berpisah dengan keluargaku di SMP, aku masuk SMA negeri.
Disini, di kelas X aku kira bakal terjadi perkubuan lagi, dan nyatanya... tidak. aku kira, aku tidak bisa berprestasi disini dan ternyata tidak. Aku masih bisa mendapatkan 10 besar dari 40 lebih siswa/i. Aku mendapatkan banyak teman baru disini, tepatnya aku mendapatkan lebih banyak abang/kakak laki2 disini.

Sayangnya teman2 kelas X, tidak akan menemaniku untuk 3 tahun lamanya. Mereka hanya menemaniku selama 1 tahun. Kita berpisah oleh jurusan. Tapi, meskipun kita beda jurusan kita tetap berteman bukan? Akhirnya aku masuk ke jurusan yang aku idam2kan, aku masuk IPA.
Dikelas IPA sepertinya murid2nya terobsesi mendapatkan nilai tinggi. beda sekali denganku-_-. Dan sekarang... kelas ini MASIH berkubu-kubu, entah hanya perasaanku saja. Aku harap untuk kedepannya kalian tidak berkubu-kubu dan menganggapku ada.

Dan akhir-akhir ini aku menjadi orang yang pendiam lagi, sendiri. Tapi, aku mulai kehilangan kekebalan atas virus "KESENDIRIAN" itu. Aku seperti kehilangan banyak topik untuk aku perbincangkan dengan temanku. Aku kehilangannya. Kebanyakkan diantara mereka lebih suka berbicara tentang cinta sedangkan aku? sekarang sudah tidak kenal lagi cinta itu seperti apa? solusinya gmn? aku sudah lupa. Aku kehilangannya. Aku sudah tidak pandai berbicara lagi, apa itu hanya perasaanku saja?

Aku harap itu hanya perasaanku saja. Maaf bila ada yg keberatan dengan curhatanku ini. Dan terimakasih. aku menjadi lebih baik sekarang. Aku bisa menuliskan isi hatiku tapi tak bisa mengucapkan dengan lisan. Terimakasih dan maaf.
Categories: ,

0 komentar:

Posting Komentar