Essay ini saya buat untuk memenuhi tugas perkenalan kampus. Butuh berhari-hari mengumpulkan tekad bulat dan ide buat bikin essay ini -_- kemampuan menulis saya akhir-akhir ini semakin lemah karena adanya libur selama 2 bulan pfft..
Sebagai kaum yang mengenyam pendidikan tinggi,
mahasiswa adalah salah-satu investasi masa depan bangsa. Mahasiswa
menduduki tingkatan atas civitas
akademika sehingga mereka telah dilengkapi
dengan tingkat kemandirian yang
tinggi, kreatif, independern dan berwawasan luas maka dari itu masyarakat
mengganggap bahwa mahasiswa adalah siswa yang di-maha-kan.
Dalam sejarah Indonesia, mahasiswa telah mengukir
sejarah dalam pergerakan dan perjuangan bangsa Indonesia, salah satunya menjadi
motor perubahan dari jaman Orde Baru (Soeharto) menuju Orde Reformasi. Hal ini menyebabkan
kami (mahasiswa) yang didominasi oleh pemuda, selalu ditunggu perannya dalam
pembangunan.
Mahasiswa mempunyai peranan ideal yaitu sebagai agent of change, iron stock, social control, dan moral force. Peranan ini sangat cocok dengan karakter mahasiswa
yang berpikir kritis, idealis, kreatif, memiliki gagasan yang inovatif,
memiliki integritas moral.
Beberapa kelebihan alami di atas, yakni idealis,
kritis dan kreatif dapat membuat perubahan pada lingkungan sekitar atau bahkan
pada bangsa. Apalagi pemuda mempunyai rasa semangat yang membara, tekad yang
kuat dan kekuatan fisik yang masih prima, maka arus perubahan akan semakin
besar.
Perubahan itu dapat dimulai dengan hal-hal kecil
pada lingkungan sekitar atau daerah yang didiami, bukan hanya sekedar aksi
turun ke jalan. Disinilah peranan pemuda dalam mengamalkan pengetahuan yang
dienyamnya selama lebih dari 12 tahun, Mahasiswa (termasuk saya) harus
membuktikan kualitas diri, menginspirasi dan dapat memotivasi minimal
masyarakat dilingkungan sekitar.
Sebagai mahasiswa yang berpikir kritis dan ideal
saya mengambil contoh yaitu merubah rohaniyyah dan mentalitas masyarakat karena
ruhannyiah dan mentalitas masyarakat merupakan faktor pendukung dari
terwujudnya masyarakat madani. Tanpa rohaniyyah dan mentalitas yang baik
fasilitas, layanan, peraturan dari pemerintah tidak akan berjalan dengan
lancar.
Sebagai
agen perubahan juga, mahasiswa dapat membantu pendidikan anak-anak masyarakat
kalangan bawah, membina rohani dan mental serta membimbing mereka agar menjadi
generasi muda yang lebih maju pikiran maupun hatinya, membantu perekonomian
masyarakat dengan membuka usaha-usaha kecil, menyadarkan masyarakat tentang
lingkungan hidup, dan sebagainya.
Disamping
itu mahasiswa mempunyai kesempatan yang besar untuk memimpin bangsa ini. Dia
harus mampu memiliki jiwa yang istiqomah (konsisten) terutama dalam menjalankan
visi dan misi yang ia tentukan selama dia memimpin bangsa.
Untuk
menjalankan kebaikan dan kewajiban serta memperbaiki keadaan bangsa yang
sebelumnya alangkah baiknya sesama wakil rakyat harus mempunyai keharmonisan
dalam visi dan misi. Oleh karena itu, apabila saya menjadi pemimpin saya akan merekrut bawahan-bawahan yang
mempunyai visi dan misi yang sama dengan saya, memiliki prinsip yang sama, dan
tentu saja amanah dan jujur. Dan setelah merekrut barulah mewujudkan visi dan
misi serta impian menjadi bangsa yang lebih maju (bukan berkembang lagi).
Dewasa
ini impian tersebut masih diujung langit. Pada kenyataannya kita masih harus
bersabar dan berbesar hati untuk terus memperbaiki keadaan ini. Kondisi
Indonesia yang mendapatkan label negara koruptor dan
tingkat polusi terkotor ke-3 sedunia, nampaknya tidak membuat seluruh
warga Indonesia tergubris oleh predikat itu. Tangan-tangan jahil dan akhlak
yang buruk masih mengakar pada jiwa-jiwa masyarakat Indonesia.
Untuk
mengatasi kondisi itu semua, menurut hemat saya solusinya adalah harus ada
sinergisitas antara ketegasan seorang pemimpin dalam mengelola negara ini dan
tegaknya peraturan hukum-hukum yang ada dengan pendidikan yang integreted (rohaniyyah, mentalitas,
ilmu, dan keterampilan) bagi masyarakat.
Tanpa
pendidikan dengan aspek yang menyeluruh kebijakan seorang pemimpin untuk
membuat masyarakatnya maju akan seperti mendirikan benang basah. Contohnya
seorang pemimpin memutuskan untuk membersihkan sungai/selokan demi terciptanya
lingkungan yang bersih. Semua itu akan sia-sia apabila masyarakat masih
melakukan kebiasaan buruk membuang sampah di sungai dengan paradigma “Hanya
satu orang” atau karena keegoisan masyarakat sendiri. Dan masyarakat yang telah
mengerti alasan pemimpin memutuskan sebuah kebijakan tidak akan mendukung
sepenuhnya apabila kebijakan itu tidak diimbangi fasilitas dan sarana.
Kita
tidak perlu mencari kambing hitam untuk masalah kondisi masyarakat di
Indonesia. Sudah saatnya kita merenungkan diri dan sadar bahwa masing-masing
diri mempunyai peran untuk turut-adil dalam menegakkan masyarakat sejahtera.
Lepas
dari perlunya kesadaran masyarakat, faktor lain yang paling penting ialah kepemimpinan
yang ideal. Kepemimpinan yang ideal
adalah pemimpin yang mampu memenuhi hak-hak rakyat, rendah hati, dan selalu
istiqomah dalam menjalan amanah yang ada.
Sejauh
ini di Indonesia menjadi hal yang sangat langka kita bisa menemukan sosok
pemimpin yang ideal dan amanah. Pada orde ini, hak dan kewajiban yang dimiliki
para wakil rakyat banyak diselewengkan. Segala cara dilakukan demi memenuhi
kepuasan batin, memenuhi gairah duniawi, dan mengedepankan perut sendiri.
Seorang
pemimpin harusnya menjadi teladan bagi orang–orang yang ia pimpin. Seharusnya pemimpin
muslim menjadikan rasul muhammad SAW sebagai suri tauladan, apalagi mayorias
penduduk Indonesia adalah muslim.
Kami
para mahasiswa merindukan pemimpin yang mengedepankan rakyat, kepatuhan dan
keloyalitas terhadap rakyat, mempunyai orientasi ke depan yang baik, jujur,
amanah, adil, menjadi panutan atau motivator untuk bangkit dari keterpurukan,
dan mau mendengarkan saran dan kritik dari rakyatnya.
Jadi
untuk kalian (termasuk saya) aset pemimpin bangsa, mulai dari sekarang marilah
perbaiki moral masing-masing. Ingatlah bahwa setiap orang mempunyai peranan
tersendiri untuk bangsa.
0 komentar:
Posting Komentar